siapa tak kenal dengan “dunia maya”? ini adalah istilah yang lazim digunakan oleh setiap orang indonesia untuk menyebut internet. tapi, gugatan atas istilah ini baru saja dilakukan oleh seorang teman, achmad uzair. ia berkomentar atas tulisan saya yang berjudul facebook sebagai dasar pemahaman dunia cyber seperti berikut: [ lantas, sebutan dunia “maya” itu sebenarnya keliru-kah? mencerna dari penjelasanmu, apa kata itu jadi conditional, tergantung online/connected-tidaknya penggunanya? apa perlu diganti aja jadi dunia “mulan” karena maia sudah mulai tak populer hehehe ].
membaca komentar ini, saya merasa ada sesuatu materi yang menarik untuk diperbincangkan. tapi bukan tentang duo maia yang seksi itu lho. 😉 ini tentang dunia maya-nya. sebab, dalam benak saya, tak sedikit pun istilah dunia maya itu singgah sebagai istilah pengganti dunia cyber. bila kata cyber diterjemahkan sebagai “maya”, saya benar-benar tak sepakat.
alasan yang pertama, ini menyangkut akar kata cyber yang berasal dari kubernete (yunani, pengemudi). dalam konteks ini, ciri utama yang perlu diperhatikan adalah makna “kontrol” yang mendapat titik penekanan. hatta, istilah maya itu menjadi tidak relevan bila digunakan sebagai istilah padanan cyber. ini karena kata maya justru menyiratkan yang sebaliknya dengan makna yang cenderung “samar” atau “tidak jelas”. sesuai dengan pengertian maya dalam bahasa sanskerta, ma itu “tidak” dan ya berati “itu”.
kedua, istilah maya sebenarnya ditujukan untuk pengganti yang sepadan untuk istilah virtual. ini karena kata virtual dianggap memiliki makna “almost real” atau “mendekati kenyataan”. maya pun dianggap bermakna demikian. selain itu, pada konteks yang khusus, seperti pada istilah virtual reality, kata ini dapat diterjemahkan sebagai “kenyataan maya”. atau, lebih rincinya, ini adalah “kenyataan yang hampir mendekati kenyataan yang sesungguhnya”.
bingung? mungkin juga. ini karena kita sedang menghadapi fenomena baru yang merupakan varian dari pemahaman kenyataan yang berlapis. cara yang lebih mudah memahami ini adalah membayangkan kalau kita sedang membaca sebuah novel. virtual reality adalah sejenis novel yang bukan ditulis di atas kertas, tapi ditulis di atas sebuah “mesin”. sehingga, kalau kita bandingkan antara novel dengan virtual reality, maka kedua hal ini sama-sama menghasilkan sejenis imajinasi namun berbeda pada medianya saja.
nah, kalau kita sudah sedikit memahami perbedaan yang jelas antara cyber dengan maya, tentunya kita bisa mengatakan bahwa penamaan internet sebagai dunia maya sebenarnya agak rancu. sebab, internet sendiri adalah sejenis “infrastruktur” yang menopang dunia cyber alias cyberspace. internet atau internetworking tiada lain adalah jaringan komputer yang terhubung satu sama lain di seantero dunia.
namun, kita sebenarnya masih dapat menggunakan istilah dunia maya dalam mengidentifikasi apa yang dihasilkan atau apa yang menjadi bagian dari cyberworld. pada taraf-taraf tertentu, kita bisa katakan kalau facebook (promosi lagi ya? ^_^ ) itu adalah dunia maya. ini karena facebook “mendekati kenyataan yang biasa kita alami”. maka tidak heran kalau facebook menjadi booming di indonesia dan negara-negara lainnya. ini karena facebook menghadirkan “kenyataan” bersosial, bertegur sapa, percandaan, emosi kebersamaan, dan yang paling penting adalah interaksi tanpa jeda atau hambatan.
lalu, kalau facebook itu dunia maya, apakah ini juga bisa dikatakan sejenis ilusi?
saya kira, kita seringkali salah memahami banyak istilah semacam ini. ada maya, ilusi, imajinasi, dan mungkin tambahannya adalah halusinasi. semuanya ini seringkali dipertentangkan dengan kenyataan atau “nyata”.
kembali pada soal ilusi, apa sih ilusi itu? kalau kita masuk wacana psikologis, ilusi tidak lain adalah hasil yang diperoleh ketika fungsi indera kita salah mempersepsi kenyataan. contoh sederhana adalah ketika kita melihat pensil yang tampak patah ketika dimasukkan dalam segelas air. ini adalah sejenis ilusi yang disebut dengan ilusi optik.
agak dekat dengan ilusi, ada halusinasi. masih berkaitan dengan tubuh, halusinasi adalah proses di mana kita kehilangan kontrol atas kesadaran kita karena tubuh mengalami disfungsi atau berlaku secara tidak normal. pada saat kita mengalami dehidrasi dan sedang ada di gurun atau wilayah gersang, kita akan mengalami halusinasi ini. kita akan berhalusinasi tentang “air” atau mungkin melihat sesuatu “pemandangan yang tidak biasanya”.
sedangkan untuk imajinasi, ini adalah proses di mana kita mendapatkan citra baru setelah mempersepsi sesuatu yang berupa stimulus atau dorongan tertentu. baik stimulus itu berupa visual, audio, ataupun sentuhan. sebab, indera kita sangat peka terhadap stimulus. umpamanya, saat kita melihat iklan makanan yang nampak membangkitkan selera, maka kita akan berimajinasi kira-kira seperti ini: “Aduh, ni kayaknya enak buat makan malam. Apalagi kalau ditambah sambal pedas dan minuman segar.”
nah, dengan pemahaman seperti ini, ilusi, halusinasi, dan imajinasi dapat saja kita alami semasa kita berada dalam dunia facebook. itu kalau kita mengalami situasi seperti tersebut di atas. demikian, seperti saya sudah sebutkan dalam tulisan terdahulu, tidak penting bagi kita untuk mempertanyakan nyata apa tidaknya facebook ini. sebab, kalau tidak nyata (tetapi bukannya maya), ya kita tidak akan dapat menggunakan facebook dong. apalagi masuk dan berinteraksi di dalamnya.